Sejarah PDRI Harus Selalu Diingat
Syafrudin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia
(PDRI) yang dijalankannya selama 207 hari. Setelah Agresi Militer
Belanda II usai, Syafrudin Prawiranegara menyerahkan kembali pemerintahan kepada Soekarno.
Sejarah ini hampir hilang dalam ingatan warga. Walikota Padang H.
Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo mengimbau kepada warganya untuk selalu
mengingat sejarah PDRI tersebut. Sejarah yang hanya terjadi di Sumatera
Barat itu diperingati sebagai Hari Bela Negara (HBN).
"HBN adalah satu-satunya hari nasional yang kejadiannya di Sumatera Barat. Kita harus terus merespon dan mengingatnya," ucap Mahyeldi.
Jika tidak ada PDRI pada saat itu berkemungkinan Republik Indonesia sudah tidak ada lagi saat ini. Karena melalui medianya, Belanda mengkampanyekan kepada dunia internasional bahwa Indonesia sudah mereka kuasai. Pemimpinnya sudah ditangkap.
'Namun dengan adanya PDRI, membatalkan ambisi Belanda untuk menguasai kembali Indonesia," cerita Mahyeldi.
Melalui Radio yang ada di Sumatera Barat dan Aceh (Radio Rimba Raya), berita tentang PDRI disiarkan ke seluruh dunia. Akibatnya pada waktu itu dunia internasional memberikan dukungan kepada Indonesia dan mengecam Agresi Militer Belanda II.
"Sampai akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia," sebut Mahyeldi.
"Sejarah ini harus terus kita ingat," tambahnya lagi.
Dalam peringatan Hari Bela Negara tahun ini, Pemerintah Kota Padang mengundang Presiden RI dan didaulat menjadi inspektur upacara. GOR H. Agus Salim dijadikan tempat pelaksanaan peringatan HBN kali ini pada Selasa (19/12) pagi.
"Sekitar 50 ribu siswa sekolah hadir untuk menyanyikan lagu Mars Bela Negara," ucap Mahyeldi dibenarkan Kepala Kantor Kesbangpol Kota Padang, Mursalim.
Mursalim menambahkan cukup banyak rangkaian acara dalam memperingati HBN. Salah satunya yakni seminar bertemakan Syafrudin Prawiranegara yang digelar di Auditorium UNP pada 20 Desember ini.
"Kita ingin mengingat kembali Syafrudin Prawiranegara, presiden yang pernah terlupakan," ujar Mursalim.(Charlie)
Foto : Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo saat bertemu Direktur Bela Negara Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan RI, Laksma TNI M. Faisal, SE, MM, di Jakarta.
"HBN adalah satu-satunya hari nasional yang kejadiannya di Sumatera Barat. Kita harus terus merespon dan mengingatnya," ucap Mahyeldi.
Jika tidak ada PDRI pada saat itu berkemungkinan Republik Indonesia sudah tidak ada lagi saat ini. Karena melalui medianya, Belanda mengkampanyekan kepada dunia internasional bahwa Indonesia sudah mereka kuasai. Pemimpinnya sudah ditangkap.
'Namun dengan adanya PDRI, membatalkan ambisi Belanda untuk menguasai kembali Indonesia," cerita Mahyeldi.
Melalui Radio yang ada di Sumatera Barat dan Aceh (Radio Rimba Raya), berita tentang PDRI disiarkan ke seluruh dunia. Akibatnya pada waktu itu dunia internasional memberikan dukungan kepada Indonesia dan mengecam Agresi Militer Belanda II.
"Sampai akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia," sebut Mahyeldi.
"Sejarah ini harus terus kita ingat," tambahnya lagi.
Dalam peringatan Hari Bela Negara tahun ini, Pemerintah Kota Padang mengundang Presiden RI dan didaulat menjadi inspektur upacara. GOR H. Agus Salim dijadikan tempat pelaksanaan peringatan HBN kali ini pada Selasa (19/12) pagi.
"Sekitar 50 ribu siswa sekolah hadir untuk menyanyikan lagu Mars Bela Negara," ucap Mahyeldi dibenarkan Kepala Kantor Kesbangpol Kota Padang, Mursalim.
Mursalim menambahkan cukup banyak rangkaian acara dalam memperingati HBN. Salah satunya yakni seminar bertemakan Syafrudin Prawiranegara yang digelar di Auditorium UNP pada 20 Desember ini.
"Kita ingin mengingat kembali Syafrudin Prawiranegara, presiden yang pernah terlupakan," ujar Mursalim.(Charlie)
Foto : Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah Dt Marajo saat bertemu Direktur Bela Negara Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan RI, Laksma TNI M. Faisal, SE, MM, di Jakarta.