Warga Dukung Penambahan Ruang Belajar, Padang Menuju Sekolah 'Satu Shift'
Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah
mengharapkan dukungan warga agar dapat merealisasikan hal itu. Menurut
Wako, sekolah yang belajar dua shift tidak maksimal karena pada waktu
siang menjelang petang, baik para siswa maupun guru berada dalam kondisi
tidak lagi prima. Berbeda dengan saat proses belajar mengajar dilakukan
sejak pagi hingga siang.
"Untuk itu kita mulai melakukan
pembangunan penambahan ruang kelas bagi sekolah yang masih menerapkan
dua shift karena kekurangan ruang belajar. Warga agar mendukung untuk
kemajuan pendidikan ini," kata Walikota Mahyeldi dalam sebuah
kesempatan.
Beberapa SD dan SMP sudah disiapkan anggarannya untuk penambahan ruangan agar bisa belajar satu shift.
"Beberapa sekolah dua shift saat ini sudah mulai disiapkan untuk satu shift," ujar Mahyeldi.
Penambahan ruang belajar bagi SD dan SMP ini memang sangat diharapkan
masyarakat. Terlebih masyarakat yang anak-anak mereka terpaksa masuk
siang hari karena tidak cukupnya ruang belajar. Sejumlah tokoh
masyarakat juga mendukung agar rencana penambahan ruang kelas tersebut
segera direaliasikan.
Salah satu SD yang sangat membutuhkan
penambahan ruang belajar adalah SD 36 Cengkeh. Sekolah yang berada di
antara dua kelurahan dan dua kecamatan, yaitu kelurahan Piai Tangah
Kecamatan Pauh dan Kelurahan Cengkeh Kecamatan Lubuak Bagaluang ini
terpaksa melaksanakan belajar dua shift.
Ketua Lembaga Swadaya
Masyarakat Kelurahan Cangkeh Muzirwan yang juga Ketua Komite di SD 36
Cangkeh menuturkan, sudah saatnya penambahan ruang kelas untuk sekolah
tersebut. Pasalnya, kondisi anak-anak yang masuk siang hari terlihat
letih dan tidak maksimal menerima pelajaran.
Ia menambahkan,
pembangunan untuk penambahan ruangan sudah dianggarkan Pemko Padang.
Saat ini terkendala soal lahan fasilitas umum yang jadi lokasi
pembangunan belum ada kesepakatan dari warga, khususnya warga yang
mengatasnamakan Kerukunan Warga Dangau Teduh.
"Saya selaku ketua
komite mewakili orang tua murid yang menginginkan anak-anak kami bisa
belajar mulai dari pagi sangat mengharapkan sekali penambahan ruangan,"
katanya.
Adanya protes dari warga KWDT terkait penggunaan fasum, Muzirwan berharap bukan bentuk penghalangan dalam pendidikan.
"Mudah-mudahan ini bisa diselesaikan dengan baik dan pintu hati warga terbuka untuk kemajuan pendidikan," pungkasnya.
Salah seorang warga Piai Tangah sekaligus wali murid, Ardi menuturkan,
keberadaan SD 36 Cengkeh menjadi pilihan anak-anaknya karena lebih
dekat. Sayangnya harus sekolah masuk siang karena terbatasnya ruang
belajar.
"Kami sangat berharap anak kami bisa masuk pagi semua agar lebih senang belajarnya," ujarnya.
Ia menambahkan, kalau ada pembangunan ruangan akan didukung. "Kalau ada
persoalan terkait lahan tentu sangat kami sesalkan. Bukankah fasum
harusnya pemerintah yang kelola, mengapa ada pihak yang menghalangi?,"
tutupnya.(DU/Zal/Taf/Joim)