14 Tahun Pesantren Ramadan Wawako: Membangun Karakter Harus Berkelanjutan
Sejak digagas pada tahun
2004 oleh DR. Fauzi Bahar, M.Si (Wali Kota Padang saat itu), program
Pesantren Ramadan dirancang dengan konsep memindahkan tempat belajar
siswa tingkat SD, SMP, SMA selama bulan Ramadan dari sekolah ke Masjid
atau Musholla di sekitar tempat tinggal mereka.
Dengan mengusung
tujuan yang sangat mulia, yaitu untuk menambah bobot pelajaran agama
serta menjaga dan membangun interaksi sosial sesama pelajar di
lingkungan tempat tinggalnya. Hal yang sama juga berlaku bagi pelajar
yang beragama selain agama Islam, mereka juga melaksanakan Pesantren
Ramadan di tempat ibadahnya masing-masing.
“Saat ini, Pemerintah
Kota Padang terus melakukan penyempurnaan pelaksanaan program Pesantren
Ramadan, baik itu dari sisi kualitas dan kuantitas bahan ajar, maupun
dari sisi teknis pelaksanaannya,” ujar Wakil Wali Kota Padang Emzalmi,
saat membuka secara resmi Pesantren Ramadan Tahun 1438H / 2017H di
Masjid Jiran Saiyo, Jalan Parak Gadang 9, Kelurahan Simpang Haru,
Kecamatan Padang Timur, Senin Subuh (05/06/2017).
Dijelaskan
Emzalmi, Pesantren Ramadan bagi pelajar Kota Padang merupakan upaya
memaksimalkan pembentukan perilaku (karakter) yang berakhlakul karimah,
iman yang kokoh, membentengi aqidah serta moral generasi muda. “Hal itu
merupakan tugas dan kewajiban semua pihak yang harus dilakukan secara
terus-menerus. Memang, membangun karakter generasi muda itu butuh
waktu,” tutur Emzalmi.
Pesantren Ramadhan merupakan program
konkrit yang harus sukses dilaksanakan, mulai dari perencanaan konsep
kurikulum, pembekalan panitia dan penyelenggara, pelaksanaan hingga
monitoring, dan evaluasi pasca pelaksanaan Pesantren Ramadan.
“Tahun ini, Pesantren Ramadan hanya tingkat SD/MIN (kelas IV hingga
kelas VI) dan tingkat SMP/MTS, sedangkan tingkat SMA/MA/SMK
pengelolaannya diambil alih oleh Propinsi,” terang Pamong Senior
tersebut.
Pemerintah Kota Padang terus mendorong pelaksanaan
Pesantren Ramadan lebih baik dari tahun ke tahun, dalam bentuk regulasi
kebijakan dan anggaran, panitia pelaksana, maupun perumusan dan
perancangan kurikulum dan bahan ajar secara optimal.
“Tetapi,
pada akhirnya keberhasilan itu akan lebih ditentukan oleh partisipasi
peserta didik Pesantren Ramadan, support dan partisipasi aktif setiap
warga Kota Padang,” tukuk Emzalmi.
“Karena, kerja memperbaiki
akhlak, penanaman iman serta penguatan budi pekerti adalah kerja berat
dan harus berkelanjutan. Maka diperlukan masukan, evaluasi, kritik dan
saran yang konstruktif untuk mewujudkan Kota Padang yang lebih
relejius,” tandasnya.(hms)